
Secara alami, kulit manusia menghasilkan minyak melalui kelenjar sebaceous yang disebut sebum. Kelenjar ini terhubung dengan folikel, yaitu saluran yang berisi rambut. Ketika ada sumbatan pada pori-pori, kelenjar sebum tidak dapat mengeluarkan minyak dengan baik.
Akibatnya, minyak yang terperangkap di pori-pori bisa menimbulkan komedo. Saat komedo pecah, jerawat pun muncul. Jenis jerawat yang dialami setiap orang bisa berbeda-beda. Karena itu, penting buat kamu mengenali berbagai jenis jerawat dan faktor penyebabnya.
Jerawat biasanya muncul di wajah, punggung, leher, bahu, dan dada, serta bisa dialami siapa saja, baik remaja maupun orang dewasa muda. Beberapa faktor yang memicu jerawat antara lain perubahan hormon yang umum terjadi saat masa remaja dan kehamilan.
Kunci utama untuk mengatasi jerawat dengan tepat adalah mengenali jenis jerawat yang kamu alami. Secara umum, jerawat terbagi menjadi dua kategori: non-inflamasi dan inflamasi.
Jerawat non-inflamasi meliputi komedo terbuka (blackhead) dan komedo tertutup (whitehead). Sementara jerawat inflamasi mencakup papula, pustula, dan nodul.
Jenis-Jenis Jerawat: Penyebab dan Gejalanya
1. Whiteheads (Komedo Tertutup)
Apa itu whiteheads? Ini adalah jenis jerawat pra-tumbuh di bawah permukaan kulit yang bisa berkembang menjadi jerawat, noda, atau bintik. Dikenal juga sebagai bikou bumps, whiteheads muncul ketika folikel rambut tersumbat oleh minyak, kotoran, dan sel kulit mati.
Komedo tertutup terbentuk saat sel kulit mati, minyak, dan bakteri terperangkap di pori-pori. Untuk mengatasinya, kamu perlu tahu dulu penyebabnya.
Artikel Terkait
Penyebab utama whiteheads adalah pori-pori yang tersumbat, salah satunya karena perubahan hormon yang memicu peningkatan produksi sebum. Hal ini biasanya terjadi saat pubertas, kehamilan, dan menstruasi.
Sebagai bentuk jerawat ringan, whiteheads cukup mudah diobati. Perawatan lini pertama untuk whiteheads adalah retinoid topikal. Idealnya digunakan setiap hari, retinoid topikal membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk menunjukkan hasil.
Retinoid bekerja dengan mencegah penyumbatan pori-pori. Karena retinoid membuat kulit lebih sensitif, kamu perlu menggunakan tabir surya setiap kali keluar rumah.
2. Blackheads (Komedo Terbuka)
Blackheads adalah jenis komedo terbuka yang tampak seperti bintik hitam di kulit. Blackheads terbentuk dari folikel di bawah kulit dengan pori-pori yang besar.
Saat kamu memiliki blackheads, pori-pori besar ini tersumbat oleh zat bernama sebum. Reaksi kimia dengan sebum membuat pori-pori yang tersumbat berubah menjadi hitam. Umumnya, jenis jerawat ini sering muncul di wajah, punggung, dan bahu.
Kemunculan blackheads bisa dipicu oleh beberapa faktor seperti perubahan hormon dan usia. Saat pubertas, perubahan hormon menyebabkan peningkatan produksi sebum. Hal ini bisa terjadi di usia berapa pun. Hormon androgen (hormon seks pria) juga berperan dalam memicu sekresi sebum yang lebih banyak.

Cara mengatasi blackheads bisa dilakukan dengan menggunakan scrub khusus untuk mengeksfoliasi wajah secara lembut. Pilih produk yang bebas pewangi dan cocok untuk kulit sensitif.
Mengeringkan kulit memang bisa membantu mengurangi produksi minyak berlebih, tapi jangan sampai kulit terlalu kering karena justru akan merangsang kelenjar minyak memproduksi lebih banyak sebum. Kamu juga bisa menggunakan obat resep seperti asam azelaic, asam salisilat, dan benzoil peroksida.
3. Papules (Papula)
Papula adalah lesi kemerahan di permukaan kulit akibat pori-pori yang tersumbat. Ukurannya kecil dan tidak mengandung nanah. Jika nanah mulai terbentuk, papula akan berubah menjadi pustula. Biasanya, pustula memiliki kepala berwarna putih atau kuning dan lebih besar dari papula.
Bakteri bernama P. acnes hidup di permukaan kulit kita, tepat di bawah kelenjar sebaceous. Kelenjar ini menghasilkan minyak (sebum) yang penting untuk menjaga kesehatan kulit. Kadang, pori-pori kecil tersumbat oleh minyak, bakteri, dan kotoran. Saat tubuh melepaskan zat kimia untuk melawan bakteri, terjadi peradangan yang memicu terbentuknya papula.
Krim topikal yang dijual bebas bisa membantu mengurangi gejala papula. Beberapa bahan aktif yang umum digunakan antara lain benzoil peroksida, asam salisilat, dan retinoid topikal. Kamu juga bisa menggunakan antibiotik karena memiliki sifat anti-inflamasi yang membantu mengurangi kemerahan dan bengkak.
4. Pustules (Pustula)
Ketika dinding pori-pori rusak, hal ini bisa menimbulkan pustula yang berisi nanah. Benjolan yang muncul di permukaan kulit biasanya berwarna merah dengan kepala berwarna putih atau kuning. Pustula biasanya muncul di wajah, namun bisa juga muncul di punggung dan dada.
Seperti jenis jerawat lainnya, pustula bisa dialami siapa saja. Tanda-tandanya adalah benjolan berukuran 5–10 milimeter yang lebih besar dari komedo biasa. Pustula terasa nyeri saat disentuh dan kulit di sekitarnya tampak kemerahan akibat peradangan.
Untuk mengatasinya, kamu bisa menggunakan obat jerawat yang mengandung benzoil peroksida, sulfur, atau salisilat. Pastikan kamu menggunakannya sesuai petunjuk pada kemasan. Jika tidak membaik, kamu bisa berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan antibiotik, tretinoin, atau obat hormonal.
5. Nodules (Nodul)
Berbeda dengan papula dan pustula, nodul tumbuh lebih dalam di bawah kulit. Nodul terbentuk saat pori-pori yang tersumbat mengalami iritasi lebih lanjut. Benjolan keras dan nyeri ini bisa bertahan selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Nodul yang terbentuk jauh di dalam kulit tidak bisa diobati dengan perawatan rumahan. Kamu perlu menemui dokter kulit untuk mendapatkan resep obat. Biasanya, dokter akan meresepkan isotretinoin (turunan vitamin A) yang harus dikonsumsi setiap hari selama empat hingga enam bulan.
Ciri khas nodul mudah dikenali: terasa sakit saat disentuh, tidak memiliki kepala berisi nanah, dan menimbulkan rasa tegang pada kulit di sekitarnya yang tampak kemerahan akibat peradangan.
6. Cystic Acne (Jerawat Kistik)
Jika kamu punya jerawat besar, merah, dan nyeri yang muncul jauh di bawah kulit, kemungkinan itu adalah jerawat kistik. Kondisi ini terjadi saat infeksi menyebabkan benjolan berisi nanah yang terasa gatal atau sakit.
Jika kista pecah, infeksi bisa menyebar dan menimbulkan lebih banyak jerawat. Jerawat kistik bisa berlangsung selama bertahun-tahun dan memengaruhi area kulit yang luas.
Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, hormon androgen diyakini berperan dalam munculnya jerawat kistik. Faktor lain yang dapat memicunya antara lain siklus menstruasi, kehamilan, sindrom ovarium polikistik (PCOS), dan penggunaan produk perawatan kulit tertentu.
Karena tingkat keparahannya cukup tinggi, jerawat kistik harus ditangani oleh dokter kulit. Obat bebas tidak cukup efektif untuk mengatasinya. Biasanya dokter akan merekomendasikan terapi tertentu atau kombinasi pengobatan, seperti isotretinoin, antibiotik oral, dan retinoid topikal.
⚠ Catatan
Aesthetics Daily tidak memberikan saran medis, diagnosis, atau rekomendasi produk/perawatan. Apabila mempunyai masalah kulit, rambut, tubuh, atau gigi, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter berpengalaman atau ahli kesehatan profesional untuk memperoleh solusi yang sesuai.